Laporan Wartawan Kompas Yenti Aprianti
BANDUNG, KOMPAS – Petugas penjaga wana wisata hutan Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat kesulitan mencegah pengendara motor trail masuk hutan Jayagiri. Padahal lindasan roda motor menyebabkan penebalan tanah dan mengganggu peresapan air.
Menurut Asep Rusnandar, Kepala Seksi Hubungan Masyarakat dan Informasi Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten, Rabu (13/12), wana wisata hutan Jayagiri diperuntukan kemah dan jalan kaki. Sementara untuk motor trail mereka sudah mencegah agar tidak masuk.
Larangan ini dilakukan untuk melindungi kawasan hutan lindung tersebut. Sebab, jika tanah sering dilindas roda kendaraan akan memadat dan struktur tanah tidak lagi alami. Ini akan menyulitkan peresapan air serta mengganggu drainase.
Menurut Didit (58), petugas jagawana sekaligus mandor tanam dan pembibitan wana wisata hutan Jayagiri, meskipun dampak lingkungan yang ditimbulkan besar, pengendara motor tetap tak peduli. Mereka malah sering berkendara malam hari.
“Dicegah bagaimana pun kami akan tetap datang. Kalau perlu malam-malam. Kami pasti menang karena lampu motor kami sangat kuat,” kata Didit menirukan kata-kata para pengendara motor trail yang sering masuk ke hutan Jayagiri.
Adakalanya pengendara juga membuka jalur baru. Padahal jalur lama yang sebelumnya sering mereka gunakan sudah rusak. Jalan-jalan setapak sudah berlubang-lubang. Tanaman di pinggir jalan juga rusak karena terlindas roda motor.
Raungan motor dinilai bisa pula mengganggu satwa yang hidup di sekitar hutan Jayagiri. Hutan Jayagiri memiliki luas 1.200 hektar. Hutan ini dapat diakses dari pintu gerbang desa Jayagiri, perkebunan teh Sukawana di Subang, gunung Tangkubanparahu, gunung Burangrang, atau bumi perkemahan Cikole. Setiap bulan sekitar 480 pengunjung berwisata di kawasan tersebut dengan membayar tiket masuk Rp 3.000 per orang.